Audiotorial “Pemilih Cerdas Pemilu Berkualitas”

Tagline Pilkada serentak 2020 adalah Pemilih Cerdas, Pilkada berkualitas. Idealnya memang begitu.  Semua harus cerdas. Cerdas melihat pilkada, dan pemilu pada umumnya, sebagai proses demokrasi yang mengedepankan akal sehat. Pemilu berkualitas lebih kurang maksudnya adalah pemilu yang prosesnya memenuhi prinsip luber dan jurdil, sehingga hasilnya bisa dipertanggungjawabkan dan diterima semua pihak. Pemilu adalah proses suksesi  pemimpin secara damai. Pemilu adalah agenda rutin lima tahunan. Yang kalah hari ini bisa kembali berkontestasi pada pemilu berikutnya. Begitu seterusnya.

Dukung mendukung adalah hal lumrah dalam pemilu. Masing-masing pendukung memiliki referensi dan prefrensi terhadap kandidat yang didukungnya. Ketika semua pihak cerdas, rasional dan mengedepankan akal sehat, maka tidak diperlukan pendukung yang satu menekan pendukung yang lain melaui taruh misalnya pengerahan massa. Sebab, saling tekan, pada tingkat tertentu bisa berubah menjadi benturan terbuka yang kontra produktif.  Padahal, pemilu adalah mekanisme yang disediakan demokrasi melalui mana pilihan politik tersalurkan secara damai.

Demokrasi mungkin bukan yang terbaik. Tetapi, sekarang bangsa ini memilih demokrasi untuk menjalankan praktek berbangsa dan bernegara. Kalau demokrasi sudah dijadikan pilihan, maka tidak ada alasan untuk tidak menerapkan nilai dan tradisi demokrasi yang berperadaban. Demokrasi yang mengedepankan keteraturan dan ketertiban serta penghargaan terhadap aturan main.

Begitulah, ketika terjadi silang pendapat tentang pemasangan dan penertiban alat peraga kampanye (APK) pilkada, maka harapannya adalah semua pihak mengembalikan dan menyerahkan penyelesaiannya pada aturan main. Pemilu atau pilkada katanya pasta demokrasi. Yang namanya pesta pasti identik dengan keceriaan dan kegembiraan. Bukan kepiluan. (Aga)

 

Comments are closed.