Bahkan sopir mengeluh karena jalanan sering macet karena berbagai kegiatan BBJ. Seperti diungkapkan Agus, sopir Jember Taksi. Menurut Agus, penghasilannya justru turun hingga 40 persen. Saat jalanan macet, dia dan teman-temannya hanya bisa mangkal hingga kegiatan BBJ selesai. Agus sebenarnya mendukung kegiatan BBJ, tetapi panitia seharusnya tidak menutup akses jalan menuju kota. Jika BBJ tetap dikemas seperti saat ini, sopir justru sangat dirugikan.
Sementara pedagang suvenir di beberapa obyek wisata juga tidak merasakan peningkatan pengunjung pasca Pemkab menggelar kegiatan BBJ. Seperti diungkapkan Hartatik, pedagang souvenir di obyek wisata Papuma. Menurut Hartatik, meski BBJ sudah hampir selesai namun jumlah pengunjung ke Papuma tidak meningkat tajam.
Peningkatan justru terjadi dua minggu terakhir, karena rombongan pelajar mengisi masa liburan.
Sesuai kalender wisata Jawa Timur, diperoleh fakta bahwa event BBJ yang digelar Jember ternyata tidak masuk dalam kalender wisata Jawa Timur. Apalagi jumlah pengunjung dari luar kota dan mancanegara yang masuk di Jember hanya bisa dihitung dengan jari saja.
Kepala Kantor Pariwisata, Arif Cahyono, sampai Senin sore belum berhasil dikonfirmasi. (Edison)