Selain tempatnya tidak memadai dan pengap, mereka juga harus berdesak-desakan, karena tempat yang tersedia sangat sempit.
Kepala Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif, Nur Yasin, mengaku terpaksa memindahkan tempat belajar siswa-siswinya, karena keluarga ahli waris menggugatnya ke Pengadilan.
Nur Yasin memperkirakan, belajar di tempat darurat itu akan berlangsung lama, karena sekolah belum mampu membangunkan gedung baru sebagai pengganti.
Salah seorang siswa, Rikky, mengeluh tidak tahu menahu persoalan yang terjadi. Tiba-tiba ia dan teman-temannya dipaksa sekolah di tempat belajar darurat tersebut. Ia berharap segera menempati gedung sekolah yang baru yang lebih nyaman untuk belajar.
Pantauan Prosalina FM, siswa kelas satu dan dua belajar secara lesehan di lantai musholla yang sempit dan hanya dibatasi tirai kain. Sedangkan siswa kelas tiga belajar di teras rumah warga dengan fasilitas seadanya. Sementara siswa kelas empat, lima dan enam belajar di gudang pupuk yang pengap. (Fathul)