Pedagang Tradisional Gulung Tikar Sejak Adanya Toko Modern

Menurut salah seorang pedagang di Kelurahan Sumbersari, Ahimsa, sebelum menjamurnya toko modern berjaringan, dia bisa meraup untung 2,5 juta rupiah per hari. Namun setelah toko modern beroperasi, dia hanya mendapatkan penghasilan 100 ribu rupiah per hari.

Akhirnya toko miliknya kembang kempis sehingga terpaksa tokonya ditutup. Namun ia masih punya alternatif usaha lain sehingga bisa menghidupi keluarganya. Ia merasa kasihan melihat pemilik toko kelontong lainnya yang sudah bertahun-tahun berdiri, harus gulung tikar gara-gara kalah bersaing.
 
Ahimsa juga menjelaskan, dengan maraknya mini market berjaringan di Kabupaten Jember sangat merugikan Masyarakat Jember secara keseluruhan, karena uang yang mestinya beredar di Jember harus tersedot ke pusat, bahkan ke luar negeri. Sebab pemilik modal toko modern berjaringan berasal dari Jakarta dan luar negeri.

Hal senada disampaikan M. Adip Iswanto, pemilik toko klontong di sekitar Gladakkembar. Menurutnya, seharusnya Pemkab Jember, memberikan penyuluhan membina pedagang tradisional dari pada mendatangkan investor dari luar.

Karena itu tidak alasan bagi Pemkab Jember untuk tidak segera mengesahkan Raperda yang melindungi pedagang tradisional dari cengkraman kapitalisme. (Hafit)

Comments are closed.