Sebab dalam pernyataan Bupati Jember saat peletakan batu pertama Senin kemarin, anggaran 200 milyar tersebut hanya untuk pembangunan stadionnya saja dan diharapkan tuntas sebelum akhir masa jabatannya. Sedangkan sisa pembangunan JSG biar dilanjutkan bupati berikutnya.
Menurut Koordinator LSM Forum Komunikasi Anak Bangsa (FKAB), Suharyono, kekhawatiran sejumlah pihak mengemuka karena Jember sudah mempunyai pengalaman pahit, yakni pembangunan Lapter Noto Hadinegoro yang mangkrak begitu ada pergantian pimpinan.
Menurut Suharyono, seharusnya JSG tidak dibangun di Ajung yang merupakan lahan produktif. Pemkab seharusnya mencari lahan di wilayah utara yang memang banyak lahan kering dan tidak produktif.
Suharyono menilai kebijakan pembanguan itu karena Jember tidak mempunyai Perda RT-RW. sehingga penempatan pembangunan kawasan tidak disesuaikan dengan tata ruang wilayah.
Sedangkan Ketua Komisi D, Muhammad Asir, menyatakan optimis pembangunan gedung tersebut selesai tepat waktu. Apalagi sebentar lagi Pemkab dan DPRD segera membahas Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Pembangunan JSG itu dimasukkan dalam program tersebut, sehingga bupati pengganti MZA Djalal bisa melanjutkan sesuai RPJP dan RPJMD. (Hafit)