Ibu Ega, Suciati menceritakan awalnya saat usia 3 bulan Ega sering kejang dan panas tinggi. Jika sudah kambuh, dari mulut Ega keluar busa. Setelah diperiksakan ke beberapa dokter, Ega tidak ada harapan sembuh. Menurut dokter, hanya menunggu mukjizat dari yang Maha Kuasa.
Bertahun-tahun kemudian, ternyata perkembangan Ega tidak seperti anak pada umumnya. Saat ini Ega tidak bisa duduk berdiri ataupun bicara. Sehari-sehari hanya berbaring di atas tempat tidur.
Meski berasal dari keluarga miskin, Ega tidak mendapatkan fasilitas pengobatan gratis dari pemerintah kecuali bantuan kursi roda dari Bupati MZA Djalal yang diterima 4 bulan lalu. Dengan kursi roda itulah Ega bisa diajak keliling di sekitar rumah agar bisa tahu dunia luar.
Di keluarga itu tidak hanya Ega yang sakit. Suciati, ibunya sejak 2 tahun lalu divonis mengidap kanker payudara. Pekerjaannya sebagai pembantu rumah tangga sudah ditinggalkan oleh Suciati karena sekarang dia tidak bisa berjalan. Untuk mengobati kankernya, Suciati mempercayakan kepada seorang mantri di Gebang. Selain karena tidak punya biaya banyak, Suciati yakin sakitnya bisa ditangani dengan baik oleh mantri tersebut.
Suami Suciati, Udin Ahmad mengaku pasrah atas musibah yang menimpa keluarganya. Penghasilannya sebagai penjual es keliling tidak cukup untuk mengakses fasilitas pengobatan yang mahal. Sejak istrinya sakit, seluruh pekerjaan rumah tangga ditangani Udin mulai memasak, mencuci piring dan pakaian, serta membersihkan rumah. (Ely)