Tanggal 21 April, yang biasa diperingati sebagai Hari Kartini, beberapa tahun terakhir ini mulai luntur. Pawai mengenang kepahlawanan Kartini, sudah jarang lagi menghiasi di sekolah atau di jalan-jalan umum. Hanya sejumlah TK saja yang masih mengingatnya, itupun dilaksanakan sebelum tanggal 21 April 2014.
Namun di tengah sepinya peringatan Hari Kartini itu, masih ada yang bersemangat mengikuti jejak Kartini, menjadi pahlawan bangsa menegakkan hak-hak perempuan. Sebagaimana disampaikan salah seorang calon polwan Anik Novitasari, warga Sumbersari. Anik mengaku ingin memiliki sifat-sifat kepahlawan seperti Kartini di bidang penegakan hokum. Sebab, penegakan hukum tidak hanya dilakukan oleh laki-laki, tapi juga bisa dilakukan oleh perempuan. Dengan penegakan hukum itu, ia bisa menjadi pengayom dan pelindung masyakat terutama kaum perempuan. Hal terpenting kaum perempuan juga harus berpendidikan dengan memadai. Ia juga bercita-cita bisa mengurangi korupsi di Indonesia.
Sementara salah seorang ibu rumah tangga, Zely menjelaskan, tahun ini menjadi tahun terburuk untuk perayaan Kartini. Sebab, pada tahun-tahun sebelumnya selalu ada peringatan Hari Kartini di sekolah anaknya. Namun, tahun ini perayaan itu tidak ada lagi. (Hafit)