Audiotorial “Polisi Suwar Suwir”

newsSebelumnya, Pak Kapolres Jember Pak AKBP Sabilul Alif, menyuguhkan kreatif Pos Sagita akronim  Polisi Sabtu Sinergi dengan Masyarakat. Pos Sagita merupakan bagian dari Agenda Jember Suwar Suwir. Ini juga akronim. Kalau dipanjangkan bunyinya Jember Suasana Warga Aman, Religius, Sahabat, Wawasan Intelektual dan Kreatif. Akronimnya mudah diingat, cepat akrab. Apalagi menggunakan nama jajanan khas Jember, Suwar-Suwir.

Pak Kapolres Sabilul Alif cukup cerdas memilih akronim. Bisa diduga agar tidak kedengaran sangar, sehingga belum-belum warga masyarakat ketakutan. Pos Sagita, Polisi Sabtu Sinergi Dengan Masyarakat dilaksanakan setiap hari Sabtu. Polisi mendatangi masyarakat. Bentuknya macam-macam. Ada sambang desa, silaturrahmi ke rumah warga atau melibatkan PNS dan TNI mengatur lalu lintas pada hari libur kerja.

Tugas polisi memang dititikberatkan pada kamtibmas, keamanan dan ketertiban masyarakat. Upayanya macam-macam, mulai dari preemtif, preventif, dan tindakan. Yang paling mutakhir, Pak Kapolres Sabilul Alif mengingatkan pengelola hiburan malam. Atas nama kepentingan umum kemaslahatan umat, Pak Kapolres Sabilul Alif wanti-wanti jika ada tempat hiburan beroperasi melampaui jam yang disepakati, polisi akan menindaknya. Katanya, akibatnya bisa sampai pada pencabutan izin.

Pada saat yang hampir sama Pak Sabilul juga merencanakan tes urin bagi anggotanya dan wartawan. Tidak dijelaskan kapan pelaksananaannya, karena Pak Sabilul ingin tes urin dilakukan tiba-tiba. Mungkin maksudnya agar hasilnya benar-benar obyektif.

Begitulah, kamtibmas memang sebuah kebutuhan. Kamtibmas adalah variabel penting bagi terselenggaranya kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Masyarakat tidak boleh diliputi rasa takut, was-was dan cemas. Rasa takut terhadap kejahatan yang setiap saat mengintai jika kondisi kamtibmasnya buruk. Takut dan cemas peredaran narkoba menyentuh sanak keluarga karena Jember merupakan kota ketiga setelah Bali dan Surabaya. Pendek kata, Kapolres Pak Sabilul Arif ingin Jember kondusif di segala bidang.

Tetapi tugas menciptakan suasana kondusif tidak bisa diemban hanya oleh polisi. Ketika polisi sudah memberikan rasa aman. Hadir di setiap sudut yang dengan kehadirannya itu memberikan efek psikologis terhadap pelaku kejahatan, elemen yang lain mestinya juga  ambil bagian.

Maka, ikhtiarnya akan semakin lengkap jika pemerintah daerah dalam setiap kebijakannya berorientasi pada kepentingan dan hajat hidup orang banyak, layanan publiknya tidak menyebabkan orang menggerutu, dan birokrasinya tampil sebagai teladan. Juga akan semakin komplit jika kreativitas polisi diikuti oleh taruh umpamanya wakil rakyat dan lembaga penegak hukum.

Kalau sudah begitu, maksudnya semua elemen ambil bagian, maka yang terbangun sejatinya bukan cuma kamtibmasnya. Kondusifitas akan meliputi semua aspek, sosial, politik, dan ekonomi. Masyarakat diliputi rasa aman dan nyaman. Kemanapun mereka pergi menunaikan hajatnya, hajat sosial maupun ekonomi, tidak merasa dalam ancaman.

Ketika polisinya manjalankan fungsi pelayanan dan perlindungan masyarakat secara maksimal, layanan publik berjalan baik, penegakan hukumnya baik, penyaluran aspirasinya baik, dan saluran aspirasinya tidak buntu, maka yang tercipta dan terbangun adalah masyarakat madani, masyarakat yang berperadaban.

(Aga)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Comments are closed.