Audiotorial “Guru Honorer”

newsPGRI Jember berkomitmen memperjuangkan kesejahteraan guru honorer. Kata pengurus PGRI Jember, Pak Poniman, PGRI berupaya agar honor guru honorer sekurang-kurangnya sama dengan Upah Minimum Kabupaten. Sejauh ini honor guru honorer hanya berkisar Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu.

Di tilik dari sisi manapun honor sebesar itu jelas jauh dari kepatutan. Guru honorer atau guru tetap sama saja, tugasnya sama–sama mengajar, sama-sama mendidik, yang oleh karena itu yang dipersiapkan juga sama. Tentu saja maksudnya persiapan yang menyangkut segala sesuatu yang hendak diajarkan dan diberikan kepada peserta didik di depan kelas. Pendek kata, fungsi dan tugas guru honorer sama dengan tugas dan fungsi guru tetap, yang berbeda hanya status kepegawaiannya.

Jadi pantas, bahkan sudah seharusnya, kalau PGRI memperjuangkan kesejahteraan guru honorer agar kesenjangan tidak menganga terlampau lebar. Bayangkan, guru tetap yang berseritifikasi bisa menerima gaji hingga Rp 8 Juta. Sedang guru honorer maksimal hanya menerima Rp 200 ribu atau hanya seperempat puluh gaji guru bersertifikasi. Honor yang cuma Rp 200 ribu sama dengan sepertujuh-nya UMK Jember yang berkisar Rp 1,4 juta. Malah kalau boleh lebih ekstrim lagi, honor yang cuma Rp 200 ribu nilainya sama persis dengan bantuan untuk warga miskin lewat PSKS atau Program Simpanan Keluarga Sejehtara akibat kenaikan harga BBM.

Bagaimana mungkin guru honorer bisa maksimal mengajar dan mendidik peserta didik kalau untuk menghidupi dirinya sendiri saja bisa dipastikan kesulitan. Bagaimana mungkin menuntut guru honorer memberdayakan diri, atau  membebaninya dengan tugas guru tetap yang taruh misalnya harus menghadiri rapat atau kesibukan lainnya.

PGRI Jember tentu sudah berbekal peraturan perundangan ketika berkomitmen memperjuangkan kesejahteraan guru honorer. Karena itu, maksud baik PGRI mesti diapresiasi bahkan didukung meski sebatas dukungan moral. Begitu pula dengan Dinas Pendidikan, tentu sudah mengantongi peta dan data kebutuhan, rasio serta sebaran guru. Peta dan data itu pasti bermanfaat untuk sekurang-kurangnya mengetahui lantas mengusulkan tambahan guru agar rasio dan sebaran guru di Jember setidaknya mendekati harapan. Sebab, kabarnya ada daerah yang defisit guru sementara di daerah yang lain malah surplus guru.

Menjadi guru memang panggilan hati, tetapi bukan berarti kesejahteraan mereka dikesampingkan, terutama guru honorer. Dan guru honorer hendaknya tidak menyia-nyiakan peluang ketika pemerintah membuka formasi tenaga pengajar untuk ditempatkan di pelosok tanah air. Untuk PGRI Jember.. Selamat Berjuang..!!

(Aga)

 

 

Comments are closed.