Audiotorial “Penjaringan Cabup”

newsSatu demi satu partai politik membuka pendaftaran Bakal Calon Bupati. Setelah sebelumnya Partai Gerindra, sekarang giliran Partai Nasional Demokrat. Sama seperti parpol yang lain, Partai Nasdem juga menetapkan pendafataran secara terbuka. Maksudnya, siapapun bisa mendaftar meski ujung-ujungnya partai bakal menyetor ke DPP bakal calon yang elektabilitasnya tinggi. Selain itu, Partai Nasdem Jember menurut Ketuanya, Pak Eksan, menghendaki bakal calon yang visi misinya sejalan dengan platform partai.

Begitulah, kalau tidak keliru pendafatran Calon Bupati ke KPU dijadwalkan bulan April. Jadi, tinggal lebih kurang dua bulan lagi. Tentu waktu yang relatif singkat untuk hajat politik semacam pemilukada. Para kandidat dan partai mesti buru-buru menyusun agenda dan jadwal. Apalagi pemilukada yang dijadwalkan Desember 2015 itu disepakati tanpa uji publik.

Kalau tidak buru-buru meyusun agenda dan jadwal, maka partai tidak punya cukup banyak waktu menjaring dan menyaring kandidat yang syaratnya rata-rata relatif sama, yakni tingkat keterpilihannya tinggi, tingkat penerimaan atau elektabilitasnya juga tinggi. Partai politik tentu juga ingin calon yang diusung memiliki kapasitas serta berintegritas.

Fungsi dan tugas partai memang meliputi agregasi dan artikulasi kepentingan, sosialisasi dan pendidikan politik, serta kaderisasi dan memilih pemimpin. Rakyat berharap sebagai instrumen demokrasi, partai politik sangat diharapkan mendengar dan menangkap aspirasi publik. Ini artinya parpol mesti membuka dan menyediakan ruang partispasi publik. Sebab, keputusan yang oligarkis, setidaknya secara teori, bisa menggembosi popularitas dan elektabilitas parpol.

Proses pengambilan keputusan oligarkis adalah proses keputusan yang hanya melibatkan elit atu pengurus parpol. Umumnya keputusan politik yang oligarkis mengabaikan suara akar rumput. Itu sebabnya, keputusan yang melibatkan segelintir elit partai dianggap membahayakan masa depan partai itu sendiri. Partai itu akan ditinggalkan konstituennya dengan cara mengalihkan suara atau pilihannya kepada partai politik yang dianggap lebih populis, partai yang meenyediakan ruang partisipasi publik.

Maka sekarang kita tinggal menunggu kelanjutan cerita. Cerita apakah parpol berusaha keras menangkap sinyal yang dikirim rakyat tentang ideal Calon Bupati, atau sebaliknya partai merasa keputusan sepenuhnya ada di tangan pengurus karena dorongan kuat bahwa mahar politik jauh lebih penting ketimbang suara rakyat.

(Aga)

 

 

 

Comments are closed.