Audiotorial “PSKS”

newsDulu ketika kebijakan jaring pengaman sosial bernama BLT beberapa terbukti distribusinya salah sasaran. Penerimanya bukan benar-benar warga yang membutuhkan. Tanda-tanda fisiknya sangat jelas, tidak sedikit yang antre BLT ketika itu mengendarai sepeda motor. Selain itu, terlihat juga diantara pengantrenya mengenakan perhiasan. Sekarang, ketika namanya berubah menjadi Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) penyimpangan juga terjadi. Modusnya dengan surat kuasa pencairan palsu. Belum lagi mekanisme pencairannya yang beberapa kali menyebabkan korban jiwa karena penerimanya berdesakan saat antre.

Begitulah, sepertinya masalahnya dari waktu ke waktu nyaris sama. Kalau bukan salah sasaran, penyimpangan terjadi dan dilakukan dengan surat kuasa palsu. Padahal, kebijakan dan program jaring pengaman sosial dimaksudkan sebagai katup pengaman sosial. Savety valve kata orang pintar. Katup pengaman bagi warga miskin dari dampak yang diperkirakan muncul akibat kenaikan harga BBM. Katup pengaman agar warga miskin tidak semakin terpuruk.

Kenaikan BBM diyakini berdampak pada meningkatnya biaya hidup karena kenaikan BBM selalu diikuti dengan kenaikan harga kebutuhan pokok dan transportasi. Karena itu, daya beli masyarakat diperkirakan merosot. Mereka yang tadinya berada persis di garis kemiskinan merosot ke bawah garis kemiskinan. Pendek kata, jaring pengaman sosial dimaksudkan sebagai ikhtiar menahan agar warga miskin yang digambarkan tenggelam sebatas leher, tidak semakin tenggelam melampaui leher mereka.

Maka dari pengalaman yang sudah-sudah, program jaring pengaman sosial mestinya dievaluasi. Evaluasinya tentu saja menyeluruh, mulai dari perencanaan, pencatatan, hingga pengawasan di lapangan. Bukan sebaliknya, program jaring pengaman sosial malah dijadikan kesempatan pihak-pihak tertentu untuk mengambil keuntungan. Tanpa evaluasi menyeluruh yang disertai perbaikan, maka program jaring pengaman sosial akan sia-sia. Rakyat miskin bukan bukan cuma tenggelam sebatas leher, tetapi seluruh badan mereka tenggelam dalam ketidak berdayaan.

(Aga)

Comments are closed.