Audiotorial “Tembakau & Intelijen Pasar”

LOGO newsDalam beberapa hari terakhir, selain pilkada, tembakau merupakan isu yang juga cukup hangat. Petani mengeluh karena tembakau mereka tidak terserap pabrik maupun eksportir. Kekesalan petani tembakau sempat diekspresikan dengan aksi bakar daun tembakau di halaman DPRD.

Ada yang beranggapan pabrik dan eksportir enggan membeli tembakau petani lanataran daun tembakau pada panen kali ini terpapar abu Gunung Raung. Ada pula yang berpendapat pabrik dan eksportir tidak membeli tembakau petani lantaran stok mereka masih utuh tersimpan di gudang. Kalaupun terjual, jumlahnya hanya berkisar 30 persenan. Pendapat yang lain menyebut serapan tembakau petani merosot karena kondisi ekonomi yang mengalami pelambatan. Bersamaan dengan itu nilai tukar rupiah terhadap dolar terus-terusan merosot. Akibatnya, pasar menjadi lesu.

Begitulah, sepertinya keprihatinan yang dialami petani tembakau di Jember tidak bisa dijelaskan lewat variabel tunggal, taruh umpamanya hanya dijelaskan melalui variabel kualitas atau lesunya perekonomian saja. Semua faktor sepertinya saling menguatkan lalu memerosotkan serapan tembakau petani oleh pabrik maupun eksportir.

Sejatinya ceritanya hampir sama dari tahun ke tahun. Tembakau, sama dengan komoditi pertanian dan perkebunan lainnya, setiap tahun mengalami fluktuasi harga mengikuti hukum pasar. Jika kebutuhan atau permintaan meningkat, maka harga akan membaik. Sebagian besar, kalau tidak semua tembakau petani juga bisa terserap. Sebaliknya, jika permintaan turun, harga pasti juga turun.

Memang benar, penjelasannya tidak sesederhana itu. Ada beberapa faktor lain yang menyebabkan pasar tembakau lesu. Kelesuan ekonomi serta melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika ikut menentukan. Tetapi jika petani memiliki informasi kebutuhan pasar, kerugian setidaknya tidak separah ketika produksi melimpah tetapi permintaan pasar pemintaan turun. Orang pintar menyebut informasi kebutuhan pasar atas komoditi sebagai market intelligence, intelijen pasar.

Intelijen pasar yang meliputi pengumpulan informasi tentang proyeksi kebutuhan suatu komoditi sangat penting. Dengan bekal informasi itu, petani bisa mengendalikan serta merencanakan seberapa luas hamparan yang harus ditanami tembakau. Petani, melalui intelijen pasar juga bisa mengetahui lebih awal kualitas komoditi yang dikehendaki pasar. Kalau tidak keliru, Jember sudah punya lembaga yang menjalankan fungsi mengelola informasi pasar, terutama yang menyangkut komoditi tembakau. Entah, sekarang seperti apa keberadaan lembaga itu.

Maka siapapun kelak yang memimpin Jember, hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan informasi pasar harus mendapat perhatian serius. Apalagi akhir tahun 2015, Masyarakat Ekonomi Asia berlaku efektif. (Aga)

 

 

Comments are closed.