Audiotorial “Tambang”

LOGO newsBukan hanya Selok Awar-Awar Lumajang, di Jember kegiatan tambang juga pernah diwarnai gesekan, bahkan benturan. Peristiwa terakhir dialami petugas gelologi Pemprov Jatim yang sedang melakukan observasi. Selain kendaraan dinas, personil yang duturunkan di sana juga menjadi sasaran kemarahan. Sekarang kasusnya sedang dalam penanganan Polres Jember.

Begitulah, dalam waktu dekat Komisi B DPRD Jember kabarnya akan mengundang dinas terkait, membicarakan banyak hal tentang tambang pasir besi Paseban. Kira-kira saja pembicaraan dinas terkait dengan legislatif akan meliputi ikhtiar agar peristiwa Lumajang yang menewaskan aktivis anti tambang, Salim Kancil, tidak terjadi di Jember.

Polres Jember sepertinya juga tidak ingin kecolongan dengan jauh-jauh hari menangani dengan cepat begitu persoalan muncul ke permukaan. Malah menurut Kasat Reskrim Polres Jember, Pak Agus Supriyanto, berbagai upaya pencegahan ditempuh agar gesekan dan benturan tidak terjadi di Paseban. Caranya macam-macam, mulai dari pendekatan agama, kultural, hingga pendekatan yang memanfaatkan media sosial.

Pencegahan, harus diakui, jauh lebih bermanfaat dibanding penanganan terhadap peristiwa yang kadung terjadi. Apalagi kalau peristiwanya menelan  korban jiwa.

Urusan tambang adalah urusan duit. Prospeknya yang menjanjikan akan membuat orang tergiur. Apalagi kalau deposit tambang yang tersimpan di suatu daerah melimpah, yang karena itu bisa dikeruk dalam kurun waktu cukup panjang. Yang tergiur biasanya akan menempuh berbaga cara, termasuk adu domba atau pecah belah.

Karena itu, masyarakat mesti kritis, hati-hati dan tidak buru-buru menelan setiap informasi. Lebih-lebih informasi yang berpotensi memecah belah masyarakat. Aparat berwenang juga mesti sigap, responsif terhadap setiap gelagat dan gejala yang berpotensi mengarah pada timbulnya kekisruhan.

Di Lumajang, Polisi mengamankan beberapa alat berat yang siapapun akan mengatakan harganya sangat mahal. Maka sulit untuk menerima penjelasan bahwa peristiwa yang banyak orang melihatnya jauh dari peradaban itu tidak ada sangkut pautnya dengan kapital dan kecenderungan serakahnya.

Maka, sekali lagi, masyarakat mesti kritis, hati-hati dan tidak buru-buru menelan begitu saja setiap informasi. Begitu pula dengan Pemerintah Daerah dan aparaturnya, serta aparat penegak hukum, mesti responsif terhadap setiap gelagat yang berpotensi mengarah  dan menimbulkan gesekan, bahkan benturan. Kalau tidak, sangat bisa jadi akan ada Salim Kancil-Salim Kancil yang lain yang nyawanya melayang dengan cara yang mengusik peradaban dan nilai-nilai kemanusiaan. (Aga)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Comments are closed.