Kantor Pariwisata Jember kabarnya sedang menyusun konsep Rumah Budaya Jember. Beberapa pihak yang dianggap memahami dan memiliki kompetensi dilibatkan dalam penyusunan konsep itu, termasuk para pelaku budaya. Selain untuk keperluan edukasi, Rumah Budaya Jember diyakini bisa dikembangkan sebagai salah satu obyek wisata yang dengan pengembangan itu bisa menambah kas daerah.
Pada saat yang hampir sama, Bupati Faida, mengajak bupati kabupaten tetangga untuk memberdayakan produk unggulan daerah. Caranya dengan mendorong jajarannya memanfaatkan dan menggunakan produk daerah.
Beberapa dari 22 janji politik pemimpin baru Jember adalah menjadikan Jember sebagai kota Wisata Berbudaya, pengembangan industri kreatif dan pemberdayaan UMKM. Jadi, yang sedang dirintis Kantor Pariwisata sepertinya selaras dengan salah satu program prioritas Bupati baru.
Lebih dari itu, pengembangan pariwisata juga merupakan salah satu dari lima program prioritas pembangunan nasional yang terdiri dari pembangunan infrastruktur, maritim, energi, pangan, dan pariwisata. Secara nasional hingga lima tahun ke depan kunjungan wisatawan mancanegara ditarget 20 juta pengunjung, pergerakan wisatawan nusantara 275 juta. Sedang penghasilan devisa dari sektor ini diperkirakan mencapai Rp 240 triliun dengan kemampuan menyerap tenaga kerja 13 juta orang. Untuk mencapai target itu pemerintah mendorongnya dengan semboyan “ Wonderful Indonesia”.
Indonesia memang harus wonderful kalau ingin dikunjungi wisata. Maka, masalahnya adalah membuat Indonesia dengan segenap potensinya menjadi wonderful. Wonderful berarti, ini kalau boleh mengira-ira, memiliki keunikan. Orang pintar menyebutnya Unique Selling Proposition (USP). Apa yang dipunya Indonesia tidak dipunyai negara lain misalnya eksotikanya, kenyamanan dan keamanannya, serta kemudahan dalam hal akses menuju lokasi.
Begitu pula jika Jember diniatkan menjadi salah satu daerah tujuan wisata, maka Jember mesti wonderful, memiliki keunikan yang tidak dipunyai daerah lain. Tentu saja menjadikan Jember Wonderful bukan pekerjaan gampang. Setidaknya dibutuhkan niat dan itikad kuat. Mesti ada kemauan politik untuk mewujudkannya. Kemauan politik dibutuhkan agar setiap kebijakan di sektor wisata memiliki payung hukum, taruh umpamanya payung hukum dalam kebijakan anggaran atau peningkatan kapasitas Kantor Pariwisata menjadi Dinas Pariwisata.
Itu baru sedikit hal yang kira-kira mendongkrak pengembangan pariwisata. Tentu masih banyak lagi yang harus dilakukan karena pengembangan wisata memelukan kerja lintas sektor, lintas satuan kerja, lintas aspek. Di sana ada aspek transportasi, aspek pengembangan obyek wisata, aspek kemasan dan pemasaran, serta aspek yang mengharuskan Jember terintegrasi dengan taruh misalnya biro jasa kewisataan serta biro jasa perjalanan, hotel dan lain-lain. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah perencanaan, penetapan target, yang di dalamnya tentu saja meliputi penetapan prioritas.
Begitulah, pendek kata menjadikan Jember Wonderful, Jember sebagai tujuan wisata plus industri kreatif yang menyertainya memerlukan amunisi yang membuat lembaga yang mengurusinya bergerak lebih leluasa. Leluasa dalam mengembangkan kreatifitas dan inofasi. Karena itu, sekarang tinggal menunggu komitmen dan kesungguhan penentu kebijakan. (Aga)