Audiotorial “Penegakan Aturan”

MOBIL PLAT MERAH YANG DIGEMBOK SATLANTAS

Mobil dinas Kabag Pemdes Pemkab, Winardi, yang digembok oleh Dinas Perhubungan.

Aturan adalah aturan. Begitu sepertinya sikap tegas Dinas Perhubungan ketika mengunci mobil dinas Kabag Pemerintahan. Kabar bagus berikutnya, Kabag Pemerintahan, Pak  Winardi, ternyata dengan lapang dada, bukan cuma menerima tilang tersebut, melainkan bahkan minta maaf telah memarkir mobil dinasnya di tempat terlarang. Sejatinya Pak Winardi sama sekali tidak berniat melanggar, tetapi, katanya, sesaat setelah apel pagi langsung ada kegiatan yang oleh karena itu lupa tidak segera memindah mobilnya ke tempat parkir yang semestinya.

Begitulah, aturan adalah aturan. Kalau mau tertib tidak ada jalan lain kecuali menegakkan aturan. Tanpa pandang bulu tentunya. Maksudnya, tidak peduli kendati yang melanggar pejabat.

Masyarakat pasti mengapresiasinya, sekaligus menaruh harap peristiwa tersebut menjadi preseden atau awalan baik bagi penegakan aturan di Jember. Tidak ada ketertiban tanpa sikap menjunjung tinggi serta patuh terhada aturan. Pada saat yang sama, sikap Kabag Pemerintahan, Pak Winardi, juga sangat diharapkan menjadi preseden sekaligus contoh bagi pejabat yang lain. Pak Winardi tidak mentang-mentang, juga tidak marah atas tindakan Dinas Perhubungan. Pendek kata, Pak Winardi tidak memanfaatkan kedudukannya agar bebas dari pelaksanaan penegakan aturan.

Sikap lapang dada yang disertai permintaan maaf seperti  yang dipertontonkan Pak Winardi jauh lebih berharga ketimbang seruan, himbauan atau ajakan pejabat. Karena masyarakat lebih membutuhkan keteladanan pemimpin.

Lebih dari semua itu, keteladanan pemimpin adalah hal penting untuk membangkitkan kepercayaan publik terhadap pejabat. Sepertinya sulit dipungkiri, negeri ini sedang mengalami krisis kepemimpian dan keteladanan. Tidak sedikit pemimpin atau pejabat yang terseret masalah hukum mulai dari kasus yang menyangkut kesusilaan hingga korupsi. Juga tidak bisa dipungkiri bahwa krisis keteladanan itu telah menyebabkan merosotnya kepercayaan publik.

Sekarang tinggal menunggu episode berikutnya, penegakan itu akan berlanjut dan pejabat mengakui kesalahannya, bahkan meminta maaf kepada publik..? Atau sebaliknya, ceritanya berhenti hanya sampai pada Pak Winardi. (Aga)

 

Comments are closed.