Audiotorial “Interpelasi dan Suasana Batin Politik”

DPRD Jember akhirnya menggunakan hak interpelasi. Pada Rapat Paripurna, Senin, Bupati menugasi Asisten III menyampaikan keterangan. Yang menarik, seorang anggota wakil rakyat pada rapat paripurna mengungkapkan suasana hatinya. Katanya, interpelasi yang dianggap bakal menyelesaikan masalah setelah Bupati menyampaikan keterangan, berubah menjadi dan berpotensi menimbulkan masalah baru. Bupati terkesan menyalahkan legislatif karena terburu-buru menggunakan hak interpelasi. Bupati juga menganggap interpelasi sejatinya tidak diperlukan karena paraturan perundangan yang mengatur obyek yang dimintakan keterangan oleh legislatif sangat jelas. Pendek kata, suasana kebatinan rapat paripurna interpelasi diliputi mendung yang menutupi celah menuju komunikasi politik lebih intens.

Dalam perspektif penyelenggaraan pemerintahan, eksekutif dan legislatif adalah bagian yang tak terpisahkan. Dengan begitu, kedua lembaga ini idealnya tidak pernah lepas dari jalinan komunikasi dan koordinasi. Komunikasi, yang disertai kesamaan orientasi berpikir, diyakini akan melahirkan kesepahaman. Komunikasi juga dipercayai bisa menepis prasangka, karena melalui komunikasi masing-masing pihak menyampaikan dan menyeberangkan pesan serta pandangan terhadap sebuah persoalan. Tidak sedikit persoalan yang justru makin berkelindan tidak ketemu ujung dan juntrungnya gara-gara ketiadaan komunikasi.

Begitulah, pertanyaan kritisnya adalah mengapa eksekutif dan legislatif tidak membangun dan menjalin komunikasi. Padahal, nyaris setiap kebijakan berproses secara politik. Legislatif adalah lembaga  dimana kebijakan dikonversi, digodog dan digedog. Karena legislatif itu lembaga politik, maka proses konversi yang berlangsung di sana pastilah proses politik. Karena itu, pendekatan politik sama pentingnya dengan pendekatan formal yang merujuk pada segenap peraturan perundangan.

Akhirnya, proses interpelasi di DPRD Jember sudah dan sedang berlangsung. Ada baiknya proses politik ini dipahami dan didekati sebagai mekanisme klarifikasi, mekanisme tabayyun. Lalu dari forum itu muncul kesepahaman, permufakatan dan komitmen membangun komunikasi yang lebih inten dan elegan. Bukan sebaliknya, yang muncul dan mengedapan di forum itu justru mempertajam prasangka, merenggangkan hubungan  eksekutif-legislatif, atau malah membuka dan membuat front baru. (Aga)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Comments are closed.