Wakil Rakyat di DPRD Jember merasa tersinggung. Eksekutif dianggap tidak menghargai Rapat Paripurna. Ketua Komisi C DPRD Jember, David Handoko Seto, malah menyebut Eksekutif menyepelekan Rapat Paripurna. Ketersinggungan muncul lantaran dalam Rapat Paripurna pembahasan 5 Raperda Eksekutif tidak mengirim Salinan. Akibatnya, rapat diskors sekitar 1 jam. Rapat Paripurna kemudian memutuskan melanjutkan agenda serupa esok hari.
Begitulah, kabarnya Rapat Paripurna sempat dihujani interupsi. Untuk kepentingan yang lebih besar peristiwa ini berpotensi menjadi preseden atau awalan kurang bagus. Kurang bagus bagi hubungan Eksekutif-Legislatif sebagai penyelenggara Pemerintahan Daerah. Lebih-lebih Wakil Rakyat yang sekarang adalah Wakil Rakyat hasil Pemilu 2019. Mereka sangat bisa jadi merasa belum-belum sudah disepelekan. Untung saja Wakil Bupati, Abdul Muqit Arief, menyampaikan permintaan maaf sembari berjanji kejadian serupa tidak bakal terulang. Wabup Muqit Arief pada kesempatan itu menyebut tidak terkirimnya salinan Raperda ke DPRD sebagai kelalaian.
Ketika Wakil Rakyat merasa disepelekan, bukan berarti mereka gila hormat. Apalagi yang mereka maksud disepelekan adalah Rapat Paripurna. Bukan individunya. Mereka merasa Eksekutif menyepelekan institusi yang keberadaannya diatur Undang-undang. Lagi pula sudah menjadi kelaziman setiap membahas rancangan, baik rancangan program maupun Raperda, Dewan selalu mendapat salinan. Keperluannya, agar Dewan bisa membedah dengan seksama dan menyeluruh.
Akhirnya, kekesalan Dewan adalah kekesalan yang bisa dipahami dan dimaklumi. Begitu pula permintaan maaf Wakil Bupati, juga mesti dilihat sebagai niat dan itikad baik dalam perspektif pergaulan politik serta hubungan Eksekutif-Legislatif. Lebih dari itu, permintaan maaf Wabup atas kelalaian Eksekutif harus dilihat sebagai sikap sportif yang bisa jadi tidak semua pimpinan bisa melakukannya. Dalam politik konflik atau silang pendapat adalah hal lumrah. Meski begitu bukan berarti politik tidak mengenal serta mengabaikan moral dan etika. Sebab, moral dan etika adalah instrument ampuh bagi tercapainya saling pengertian, pemahaman serta sikap saling menghargai. (Aga)