Setelah sidang paripurna laporan hasil penyelidikan Panitia Angket, 50 Anggota DPRD Jember dengan suara bulat sepakat menggunakan Hak Menyatakan Pendapat. Tetapi, kesepakatan itu belum akan dibahas untuk kemudian diparipurnakan. Alasannya, kata Wakil Ketua DPRD Jember, Ahmad Halim, lantaran sekarang Pemerintah masih dihadapkan pada ikhtiar mencegah wabah virus corona (Covid-19).
Begitulah, politik sering dipersepsi sebagai urusan meraih dan mempertahanankan kekuasaan serta memperjuangkan kepentingan. Politik juga sering dirumuskan sebagai urusan “siapa mendapat apa, kapan dan bagaimana”. Ada pula yang memahami politik melulu soal konflik. Konflik kepentingan tentunya. Malah ada yang ekstrim lantas berkesimpulan politik itu jahat sampai-sampai digambarkan dalam politik itu manusia adalah serigala bagi sesama. Homo homini lupus. Manusia yang satu memangsa manusia yang lain.
Karena itu, ketika Wakil Rakyat di DPRD Jember memutuskan menunda penggunaan Hak Menyatakan Pendapat mesti diapresiasi. Mereka tenyata memiliki apa yang orang pintar menyebutnya sense of crisis. Peka terhadap situasi krisis. Mengedepankan sisi kemanusiaan, bahkan ketika konstitusi membenarkan penggunaan Hak Menyatakan Pendapat.
Sense of crisis memang sangat diperlukan, terutama di kalangan pemimpin. Pemimpin yang memiliki sense of crisis akan selalu peka terhadap situasi dan kemudian menganalisanya serta menindaklanjutinya dengan kebijakan yang diarahkan untuk mengatasi situasi krisis. Pemimpin yang memiliki sense of crisis, apalagi digenapi empati, bisa dibilang sebagai pemimpin paripurna. Dia selalu berpikir dan memikirkan rakyat yang dipimpinnya. Merespon dengan cepat setiap persoalan yang dialami rakyat sekaligus membijaksanainya dengan kebijakan-kebijakan solutif.
Akhirnya, harapan besarnya adalah keputusan DPRD Jember menunda penggunaan Hak Menyatakan Pendapat merupakan pertanda bagus tentang sense of crisis di kalangan pemimpin. Rakyat memang sangat butuh pemimpin yang memiliki sense of crisis dan empati. Bukan pemimpin yang justru menciptakan krisis demi kekuasaan atau kepentingan jangka pendek. (Aga)