Audiotorial “Corona Tak pandang Bulu”

Covid-19 memang tak pandang bulu. Siapa saja bisa terpapar. Tak peduli dari strata sosial ekonomi atas atau bawah. Tak peduli apapun profesi seseorang, ketika yang bersangkutan kontak dengan pembawa virus, atau berada di tempat yang dianggap berpotensi terjadi penularan, maka orang itu berpotensi terpapar.   Penularannya juga begitu cepat. Dulu katanya penularan hanya lewat droplet. Sekarang ada indikasi bisa lewat udara. Orang pintar menyebutnya airborne infection.

Begitulah, puluhan pekerja media dikabarkan positif covid 19. Beberapa malah ada yang meninggal. Tak pelak, Aliansi Jurnalis Independen, AJI Jember, menyeru agar pekerja media disiplin menerapkan protokol kesehatan. Seruan yang sama diadress kepada para pihak yang berkepentingan terhadap peliputan yang dilakukan jurnalis.

Sejauh ini memang belum ada ikhtiar yang dianggap efektif kecuali disiplin menjalankan protokol kesehatan. Protokol yang meliputi pola hidup sehat dan pencegahan yang direkomendasikan lainnya semisal rajin cuci tangan, mengenakan masker, jaga jarak pisik dan menghindari kerumunan. Sementara vaksin covid 19 sejauh ini belum ditemukan.

Sepertinya simpul persoalan terletak pada penyesuaian terhadap kebiasaan baru. Pelonggaran pembatasan sosial belum sepenuhnya diiringi dengan penyesuaian diri terhadap kebiasaan baru. Itu pula sebabnya Pemerintah mengganti istilah New Normal menjadi adaptasi terhadap kebiasaan baru. Sebab, ini kira-kira, New Normal ditafisiri seolah situasi kembali normal seperti sedia kala kendati ada embel-embel “baru”.  Selain itu, diksi New Normal juga dimaknai sebagai pemanfaatan situasi krisis demi meraup keuntungan.

Di Negeri ini Covid 19 menjangkiti seluruh Provinsi yang meliputi 400 lebih kabupaten/kota. Ekonomi tergerogoti dan mengalami kontraksi yang oleh karena itu pertumbuhannya diprognosa negatif. Maka, tidak ada jalan lain kecuali memobilisasi segenap kemampuan dan kemauan agar bangsa ini tidak terperosok makin jauh ke dalam jurang kesulitan. Tidak ada yang boleh ketinggalan barisan yang sedang bergerak menekan penularan dan penyebaran covid 19. Dan yang paling efektif adalah pencegahan. Pencegahan dengan cara disiplin menjalankan protokol kesehatan sebagai penyesuaian terhadap kebiasaan baru.

Penyesuaian terhadap kebiasaan baru tentu saja juga berlaku bagi pemerintah. Terutama dalam mengelola anggaran. Prioritas dan yang diutamakan sangat jelas, yakni keselamatan rakyat. Jadi, jangan karena ada kelonggaran lewat realokasi dan refokusing anggaran lantas main-main. Melakukan manipulasi demi memperoleh keuntungan dari sana. Baik keuntungan  material maupun pencitraan. (Aga)

 

 

 

Comments are closed.