Mesjid dan Musholla Hendaknya Jadi Instrumen Pengembangan Budaya Zakat

Mochammad Chotib

Jember Hari Ini – Zakat di Indonesia akan banyak berkembang jika memanfaatkan media lokal yang sudah ada, seperti mesjid dan musholla. Karena itu, hendaknya menjadikan mesjid dan musholla sebagai instrumen pengembangan zakat karena akan menjadi potensi yang luar biasa. 

Demikian diungkapkan Profesor Doktor Mochammad Chotib, saat pengukuhan guru besar bidang manajemen zakat dan wakaf pada Universitas Islam Negeri KH. Achmad shiddiq (UIN Khas) Jember.

Chotib mencontohkan budaya masyarakat Jember dan Bondowoso yang hampir setiap rumah ada mushollanya, dan masing-masing musholla ada jamaahnya. Kemudian ada mesjid di kampung dan mesjid jamik di kecamatan.

Setiap mesjid dan musholla ada budaya jimpitan hingga arisan dan sebagainya. Jika budaya-budaya itu dikelola dengan baik, bisa menjadi potensi zakat luar biasa. Namun ruang mesjid dan musholla yang bisa menjadi instrumen pengembangan budaya zakat belum tergarap dengan baik.

Dia kemudian mencontohkan pengalaman empiris model pengembangan zakat di Mesjid Baiturrahman Sleman Yogyakarta. Jamaah wajib mesjid tersebut mengeluarkan zakat dan shodaqoh di mesjid itu. Hingga saat ini, mesjid tersebut menjadi percontohan mesjid secara nasional.

Zakat di mesjid tersebut dimanfaatkan sebagai modal kerja, beasiswa, dan keperluan sosial di masyarakat setempat. Jamaah bisa meminjam uang untuk modal kerja tanpa bunga. Jamaah pun sadar membayar pinjaman sehingga tidak ada kredit bermasalah.

Jika hal demikian bisa dikembangkan, Chotib yakin rakyat Indonesia yang 80 persen muslim akan sejahtera. (Hafid)

Comments are closed.