Jember Hari Ini – Ratusan anggota Forum Civitas Akademika Universitas Jember merasa prihatin atas nasib konstitusi dan demokrasi dalam pemilu 2024. Mereka menyampaikan lima tuntutan agar marwah konstitusi dan demokrasi dikembalikan sesuai koridor.
Lima tuntutan tersebut dibacakan oleh Prof. Dr. Dominikus Rato di depan patung Triumviraat double way Universitas Jember, Senin (05/02/2024).
Diantaranya menuntut seluruh cabang kekuasaan negara baik eksekutif, legislatif, dan yudikatif untuk senantiasa memedomani Tap MPR Nomor 6 Tahun 2001 tentang etika kehidupan berbangsa dan menjalankan nilai-nilai pancasila.
Kedua, menuntut KPU, Bawaslu, dan pemerintah memastikan netralitas penyelenggara negara.
Ketiga, mereka menuntut penghentian upaya politisasi kebijakan negara oleh presiden. Kemudian menuntut tegaknya hukum dan etika penyelenggaraan pemilihan umum, dan mengajak civitas akademika perguruan tinggi terlibat bersama rakyat untuk terus mengawal pemilihan umum yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
Juru bicara civitas akademika Universitas Jember, Muhammad Iqbal, mengatakan, awalnya penyampaian aspirasi atas kondisi demokrasi di Indonesia tidak melibatkan massa terlalu banyak. Sebab, Forum Civitas Akademika UNEJ menghargai perbedaan pandangan yang ada pada tiap-tiap individu.
Namun, dalam perkembangannya ternyata banyak guru besar Universitas Jember dan dosen yang ikut bergabung, bahkan ada ratusan mahasiswa yang juga ikut serta saat pembacaan tuntutan.
Lima tuntutan yang telah dibacakan tersebut merupakan sebuah bentuk keikutsertaan sekaligus keprihatinan civitas akademika UNEJ terhadap penyelenggaraan Pemilu 2024.
Pemilu yang seharusnya dimeriahkan oleh seluruh rakyat, saat ini sudah dicederai oleh kepentingan kelompok tertentu. Bahkan, belakangan ini telah banyak masyarakat yang menganggap ada upaya kepentingan politik dinasti. Jika kondisi tersebut tetap dibiarkan, maka dapat mengancam pelaksanaan pemilu secara jujur, adil, bebas, langsung, serta rahasia.
Sementara itu, Yuda Firmansyah, salah satu mahasiswa program studi sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember mengatakan, demokrasi saat ini nyaris dirusak oleh kelompok tertentu. Salah satunya putusan Mahkamah Konstitusi yang kemudian menjadi penyebab gibran lolos maju sebagai cawapres.
Selain itu, pernyataan Presiden Jokowi yang membolehkan pemimpin bisa berpihak atau tidak terhadap salah satu paslon. Padahal, netralitas pemimpin sangat penting dalam pelaksanaan Pemilu. (Rusdi)