Jember Hari Ini – Universitas Jember mendukung upaya peningkatan kualitas pangan, salah satunya beras yang masih menjadi kebutuhan karbohidrat utama di masyarakat.
Untuk itu, agar pemenuhan gizi tercukupi, Universitas Jember berupaya meningkatkan kualitas gizi beras dengan teknik fortifikasi.
Pembahasan inovasi itu disampaikan melalui acara Tegal Boto Memanggil 3 yang mengusung tema “Inovasi Teknologi Beras Fortifikasi untuk Ketahanan Pangan dan Gizi Menuju Indonesia Emas 2045”, pada Rabu kemarin (16/10/2024).
Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Jember, Prof. Yuli Witono, menyampaikan, fortifikasi pangan adalah proses penambahan zat gizi tertentu kedalam bahan pangan untuk meningkatkan kualitas gizi dan mutu pangan.
Produk fortifikasi harus diproduksi dan diolah oleh produsen yang ditunjuk agar fortifikasi yang dilakukan dapat diawasi dengan baik. Selain itu, produk yang difortifikasi tidak mengalami perubahan warna, rasa, serta tidak mengandung zat berlebihan yang dapat membahayakan kesehatan.
Hal penting lainnya adalah harga produk yang sudah difortifikasi harus tetap terjangkau bagi masyarakat. Untuk itu, UNEJ tidak bisa bekerja sendiri, butuh kolaborasi seluruh stakeholder, dari pebisnis, pemerintah, Gapoktan hingga level petani.
Menurutnya, kebutuhan konsumsi beras di Indonesia sudah tinggi setelah masyarakat mengalami pergeseran konsumsi sejak beberapa dekade.
Masyarakat NTB yang semula mengonsumsi jagung, kemudian warga Indonesia Timur dengan sagu, orang Trenggalek dengan singkong, dan orang Madura dengan jagung, kini sudah beralih ke padi. Maka, kualitas gizi dari beras harus diperhatikan.
Seperti diketahui, berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, angka prevalensi stunting di Jember mencapai 29,7 persen, turun dibandingkan tahun 2022 sebesar 34,9 persen.
Penurunan ini membuat Jember berada di peringkat keempat prevalensi stunting tertinggi setelah pada Tahun 2022 menduduki peringkat pertama. (Ulil)