Jember Hari Ini – Universitas Jember menyajikan penampilan 11 dadak merak Reog untuk memeriahkan peringatan dies natalis ke-60 di area Patung Triumvirat pada Jumat (29/11/2024). Pertunjukan tersebut juga menunjukkan karakter masyarakat Jember yang terkenal dengan kebudayaan Pandhalungan.
Dosen dan Pengamat Budaya dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNEJ, Ikwan Setiawan, mengatakan, seni Reog yang berkembang di Jember selatan seperti Wuluhan dan Ambulu tidak lepas dari migrasi orang-orang Ponorogo sejak era kolonial Belanda ketika membuka kawasan perkebunan.
Tidak hanya Jember, para pekerja dari Ponorogo tersebut sebagian juga membawa pengaruh keseniannya di kawasan Lumajang dan Banyuwangi.
Ikhwan mengatakan, masyarakat di kawasan Jember selatan memiliki karakter yang tangguh di bidang pertanian. Sementara Reog menjadi hiburan para petani dan masih bertahan hingga saat ini.
Ikhwan melanjutkan, Reog memiliki makna ingin menunjukkan nilai perjuangan. Seperti menjadi seorang kesatria yang tidak boleh lemah pada keyakinan dalam perjuangan dan tidak tergoda pada nafsu dan keduniawian. Sehingga bisa menjadi kesatria yang mengayomi dan melindungi.
Untuk itu, Reog yang terus dirawat oleh masyarakat di Jember menunjukkan karakter yang unggul. Meskipun sudah berinteraksi dengan orang-orang dan budaya Madura, Osing, dan lainnya, namun Reog tetap lestari. (Ulil)