Jember Hari Ini – Hampir seratus ekor sapi, milik Warga Kecamatan Tempurejo dan Ambulu dilaporkan mati akibat terserang Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Indikasinya, sapi mengalami gejala sariawan, kemudian mulut dan kaki terluka.
Dokter Hewan Pengelola Puskesmas Tempurejo, Alif Rifki Naufal Rafin, Senin (16/12/2024) mengatakan, kasus penyebaran bermula dari sapi milik salah seorang warga Dusun Mandiku Desa Sidodadi Kecamatan Tempurejo pada November 2024.
Sapi tersebut dilaporkan bergejala penyakit PMK, yakni mulut sariawan, mengeluarkan lendir serta luka di mulut dan kaki, kemudian mati.
Selanjutnya oleh pemilik dan dibantu warga, sapi yang mati tersebut dikubur. Beberapa hari kemudian, sapi milik warga sekitar menjadi tertular. Akhirnya sapi milik para petani tersebut, juga ikut mati. Dia menjelaskan jumlah sapi yang mati di Desa Sidodadi Kecamatan Tempurejo, mencapai hampir seratus ekor.
Dia menegaskan kasus PMK di tahun 2024 ini, lebih gawat dibandingkan saat pandemi PMK tahun 2022 lalu. Sebab, tingkat kematiannya sangat tinggi. Dia menduga virus PMK yang menyerang sapi saat ini sudah mengalami mutasi gen. Kasus yang terjadi saat ini, terbanyak menimpa sapi, yang belum divaksin. Sedangkan sapi yang mati terkena PMK, juga terjadi di Kecamatan Ambulu dan Kecamatan Kalisat. Di wilayah Kecamatan Ambulu, tercatat 6 ekor.
Anggota Komisi B DPRD Jember, Candra Ary Fiyanto, menjelaskan baru mendapatkan laporan dari masyarakat terkait penyebaran virus PMK pada sapi.
Hal ini terjadi karena faktor cuaca saat ini, yakni hujan yang terus menerus dan menimbulkan genangan air, juga faktor kebersihan kandang. Selain itu, karena belum ada penanganan lebih lanjut dari pemerintah terhadap sapi dengan gejala PMK. (Hafit)