
Jember Hari Ini – Banyak orang merasa ragu untuk mendaftar haji karena daftar tunggunya yang sangat Panjang, bahkan bisa sampai puluhan tahun. Tidak sedikit yang akhirnya memilih umrah saja karena takut ajal keburu menjemput sebelum bisa menunaikan rukun Islam kelima.
Tapi cerita itu tidak berlaku bagi Ahmad Thohir, seorang buruh tani sederhana dari Desa Cangkring, Kecamatan Jenggawah, Kabupaten Jember. Di usianya yang sudah menginjak 85 tahun, tepatnya pada 25 Desember 2019, thohir mantap mendaftar haji. Tekadnya kuat, meskipun tahu bahwa banyak tetangganya yang lebih muda dan sudah mendaftar sejak 2012 atau 2013, belum juga berangkat sampai sekarang.
Meski hidup pas-pasan, Thohir tidak pernah berhenti berusaha. Setiap hari, ia bekerja di kebun tembakau sebagai buruh tani dan memelihara sapi milik orang lain dengan sistem gaduh yang hasilnya dibagi setelah sapi berkembang biak. Semua dijalani dengan sabar.
Tak disangka, lima tahun setelah mendaftar, tepatnya di tahun 2024, thohir mendapat kabar bahwa namanya masuk dalam daftar Jemaah Calon Haji yang berangkat tahun itu. Ia diminta segera melunasi Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BIPIH). Tanpa pikir panjang, Thohir pun menjual dua ekor sapinya, dan berhasil mengumpulkan uang sebesar Rp19 juta untuk menunaikan panggilan suci itu.
Luar biasanya, meskipun kini sudah berusia 90 tahun, Thohir tetap menjalani seluruh rangkaian ibadah haji secara mandiri. Di Arafah, Muzdalifah, dan Mina, tiga lokasi utama dalam prosesi haji, Thohir tidak pernah mengeluh atau menyusahkan orang lain.
Bahkan, setelah melempar jumrah, ia langsung menuju Masjidil Haram untuk melaksanakan sa’i dan tawaf ifadah dengan penuh semangat.
Kisah Thohir ini bukan sekadar cerita tentang keberangkatan haji, tapi tentang keteguhan hati, kerja keras, dan keyakinan bahwa tak ada kata terlambat untuk beribadah. (Hafit-Reza)