Audiotorial “Melawan Radikalisme”

KEPALA KANWIL KEMENAG JATIM

Kepala Kemenag Jember, Rosyadi Badar (kiri) bersama Kepala Kanwil Kemenag Jatim, Mahfudz Shodar.

Seluruh penyuluh di Kantor Urusan Agama dikerahkan untuk menangkal radikalisme. Hal itu dikemukakan Kepala Kanwil Kementerian Agama Jawa Timur, Pak Mahfudz Shodar, pada Seminar Penanggulangan Radikalisme dan Terorisme hari ini di IAIN Jember. Sementara Kepala Kantor Kemenag Jember, Pak Rosyadi Badar, menerangkan jumlah penyuluh yang dimobilisasi mencapai tidak kurang dari 248 orang. Mereka akan menyuluh secara formal maupun informal lewat keluarga maupun lembaga pendidikan.

Mencegah berarti menghindari dampak dengan daya rusak yang korbannya bukan cuma harta, tapi juga jiwa. Karena itu, upaya pencegahan yang dilakukan Kantor Kementerian Agama harus diakui merupakan langkah penting dan strategis. Langkah itu patut diapresiasi.

Tetapi menangkal radikalisme dan terorisme sepertinya butuh pendekatan menyeluruh. Radikalisme bisa saja muncul dari situasi kebatinan seperti merasa tidak punya harapan dan tidak punya arti. Orang pintar menyebutnya perasaan hopeless dan meaningless. Orang yang merasa tidak punya harapan dan tidak punya arti cenderung gampang dicekoki ideologi yang membuatnya lebih dari berarti. Orang itu akan merasa sebagai martir atau pahlawan.

Orang juga bisa merasa terpinggirkan dari aspek ekonomi. Karena itu, pendekatannya bukan cuma pendekatan psiko-sosial, melainkan juga pendekatan ekonomi. Pendek kata, radikalisme memerlukan pendekatan yang meyeluruh, bahkan pendekatan yang menyangkut wawasan kecenderungan global. Masyarakat perlu dipahamkan tentang misalnya perang model baru yang memanfaatkan pihak ketiga melalui infiltrasi dan penetrasi budaya. Orang pintar menyebutnya perang proxi. Perang yang tidak terasa kecuali setelah melalui telaah mendalam. Radikalisme, terorisme, narkoba, adu domba, dan konflik politik antar elit semua itu sangat mungkin sebagai upaya musuh yang bertujuan melakukan pengeroposan dari dalam.

Begitulah, sekali lagi, upaya Kantor Kementerian Agama menurunkan ratusan penyuluhnya hingga ke tingkat desa patut diapresiasi. Tetapi langkah itu tentu bukan satu-satunya ikhtiar. Penanggulangan radikalisme, terorisme, dan berbagai hal yang bisa diduga merupakan bagian dari upaya pelemahan terhadap bangsa ini harus dilakukan melalui pendekatan yang menyeluruh. Pendekatan yang dulu disebut IPOLEKSOSBUD, Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya. (Aga)

 

Comments are closed.