Kritik terkait gagasan anggota komisi D DPRD Jember, Isa Mahdi dan Ali Mufti, tentang tes keperawanan dan keperjakaan untuk menentukan kelulusan, terus bergulir.
Setelah sejumlah LSM dan guru, senin pagi, puluhan anggota GP ansor mendatangi gedung dprd jember menolak gagasan tentang tes keperawanan dan keperjakaan.
Menurut Ketua GP Ansor Cabang Jember, Ayub Junaidy, gagasan ini justru merendahkan martabat perempuan. Karena itu GP ansor mendesak anggota dewan meminta maaf secara terbuka, kepada masyarakat.
Seharusnya yang dikedepankan adalah pemahanan agama dan etika bermasyarakat, bukan seperangkat tes bentuk apapun. Menurut Ayub, tes keperawanan adalah tindakan memeriksa kondisi selaput dara, yang kerap direkatkan dengan asumsi pernah tidaknya seorang perempuan melakukan hubungan seksual.
Tes ini tidak memiliki kemanfaatan medis untuk menentukan kondisi kesehatan seseorang, justru lekat dengan prasangka mengenai moralitas perempuan, dan bisa menimbulkan trauma bagi yang mengalaminya.
Tes serupa hampir tidak mungkin dilakukan terhadap laki-laki, baik karena anatomi tubuhnya maupun karena secara sosiologis simbol kesucian dibebankan kepada perempuan, bukan laki-laki. Hafid