Audiotorial “Komunikasi Politik”

Macetnya komunikasi antara eksekutif dan legislatif dituding sebagai biang molornya pembahasan RAPBD 2017. pendapat itu terungkap dalam unjuk rasa yang menuntut agar APBD 2017 segera disahkan.

Begitulah, dalam kehidupan politik, komunikasi dianggap urat nadi proses politik. Malah dalam beberapa artikel disebutkan siapapun yang terjun ke dunia politik, dia harus memahami lebih dahulu komunikasi politik. Bagaimana tidak, hampir seluruh struktur politik mulai dari parlemen, kepresidenan, partai politik hingga LSM dan warganegara biasa, semua memperoleh informasi melalui proses komunikasi politik. Melalui proses komunikasi politik pula proses politik yang mengkonversikan masukan menjadi keluaran berupa keputusan politik dibuat.

Maka, aneh saja kalau orang yang terjun ke dalam dunia politik atau berada dalam struktur politik, tidak memahami dan menyadari arti penting komunikasi. Bagaimana orang di seberang sana mengetahui lalu memahami gagasan, visi,  misi, kebijakan dan program kalau pemilik gagasan, visi, misi, kebijakan dan program itu tidak mengkomunikasikannya. Makin aneh, kalau ada orang yang terjun dalam dunia dunia politik atau berada di struktur politik, tidak berkeinginan atau merasa perlu tidak membangun dan menjalin komunikasi dengan para pemangku kepentingan di sekitarnya.

Karena itu, tidak heran kalau ada yang berpendapat molornya pembahasan RAPBD 2017 disebabkan oleh macetnya komunikasi antara eksekutif dan legislatif. Maka, pertanyaan berikutnya adalah, mengapa kemacetan itu terjadi. Orang hanya bisa mengira-ira. Penyebabnya bisa jadi egosime, kepongahan, arogansi, atau apapun namanya yang sejenis dengan itu. Nah, agar prakiraan dan dugaan tidak berkembang liar dan karena yang paling tahu penyebabnya adalah para pelaku sendiri, ada baiknya kalau masing-masing pihak, eksekutif dan legislatif, menyempatkan diri merenung barang lima menit. Siapa tahu dari renungan yang cuma beberapa menit itu muncul inspirasi yang mencerahkan. Sebab, kalau publik dibiarkan menduga-duga, bisa saja dugaannya menyakitkan telinga : “masak iya orang pinter yang kerjanya mermuskan dan menentukan kebijakan tidak paham pentingnya komunikasi politik….????” (Aga)

 

 

 

 

 

Comments are closed.