
Jember Hari Ini – Rektor Universitas Islam Negeri KH. Achmad Shiddik (UIN KHAS) Jember, Prof. Dr. Hepni, meminta pelayanan akademik di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) UIN KHAS Jember meninggalkan konsep lama.
Konsep lama tersebut dia umpamakan seperti pelayanan bola, yang berati mbulet atau rumit, old style (gaya lama) yang lambat, dan aoleng yang berarti pusing. Diartikan pelayanan yang menyulitkan mahasiswa.
Dia berharap konsep pelayanan lama tesebut diganti dengan konsep baru bernama SULTAN. Konsep SULTAN singkatan dari Segar, Ulet, Lincah, Tangkas, Aktif dan Nyegoro (nyaman).
Demikian disampaikan Hepni dalam sambutannya pada rakor penyusunan kurikulum OBE (Outcome Based Education) yang digelar di FTIK UIN KHAS Jember selama 3 hari di Hotel Bromo, Probolinggo, 28-30 Juni 2024. Acara tersebut diikuti 76 orang, mulai dari rektor, pimpinan fakuktas (dekanat), para kajur, para koordinator prodi, dan seluruh tim pengembang kurikulum masing-masing prodi.
Hepni menegaskan bahwa pelayanan akademik harus mengedepankan prinsip-prinsip SULTAN, yakni memiliki jiwa melayani, energik, ramah, memudahkan yang dilayani, aktif dalam memberikan informasi akademik, serta memberikan kemudahan alur pelayanan administrasi baik kepada mahasiswa, sesama karyawan, maupun dosen.
Melalui acara ini, lanjut dia, diharapkan semua pelayanan akademik di FTIK akan semakin baik dan benar-benar menerapkan konsep SULTAN dalam pelayanannya.
Acara ini juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas kurikulum, sehingga mendukung proses belajar-mengajar yang lebih efektif dan efisien, sesuai komitmen UIN KHAS Jember.
Sementara Dekan FTIK UIN KHAS Jember, Dr. Abdul Mu’is, menyambut baik arahan rektor. Ia juga berharap agar keluaran dari kurikulum obe yang dikembangkan ini, sesuai dan lebih berdaya guna dengan kebutuhan masyarakat.
Terlebih lagi dalam proses penyusunan dan pengembangan kurikulum OBE ini, para koordinator prodi sudah berusaha untuk melakukan evaluasi dan penyesuaian kurikulum dengan mengundang beberapa narasumber sesuai keahlian masing-masing.
Hasil dari pembahasan ini menghasilkan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan masyarakat karena akan diterapkan dalam tahun ajaran baru untuk mahasiswa baru. (Hafit)