Jember Hari Ini – Baru-baru ini, sedang ramai di media sosial terkait Pendakwah sekaligus Utusan Khusus Presiden bidang Kerukunan Beragama dan Pembina Sarana Keagamaan, Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah.
Pasalnya, dalam sebuah video yang memperlihatkan dirinya sedang melakukan ceramah di sebuah acara pengajian, ia dinilai mengolok-olok pedagang es teh keliling yang sedang berjualan diantara penonton yang sedang mengikuti pengajian tersebut.
Diketahui, ia sudah melakukan klarifikasi dan permohonan maaf kepada pedagang es teh. Ia menyebutkan bahwa tindakan tersebut adalah sebuah candaan yang sudah biasa ia lakukan.
Merespons fenomena tersebut, Kepala Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jember, Dr. Dhian Wahana Putra, menilai, ketika berdakwah dengan jamaah yang besifat massal, maka harus diselingi dengan candaan. Tetapi sepanjang candaan itu harus dipastikan tidak menyakiti bahkan menyinggung perasaan orang lain.
Menurutnya, sangat penting untuk memperhatikan setiap kata yang diucapkan. Terlebih lagi, jika menjadi seorang tokoh publik yang sangat rentan menimbulkan kegaduhan apabila di dalam pernyataannya menimbulkan sesuatu yang membuat orang lain tersinggung.
Jika mengacu pada cara dakwah saat zaman Rasulullah SAW. beliau juga sering bercanda saat menyampaikan dakwah. Akan tetapi, candaan yang dilontarkan tidak menimbulkan sakit hati pada lawan bicaranya.
Seorang mubaligh adalah penyampai ajaran Islam, yang mana dalam proses dakwahnya harus berhati-hati dan menyampaikan kebenaran. Ia juga mberikan penjelasan mengenai Qur’an Surah Al-Hujarat Ayat 11, tentang Larangan Untuk Mengolok-Olok Antar Satu Kaum terhadap Kaum Lainnya.
Seorang mubaligh atau siapapun yang berbicara di hadapan publik, harus bisa menjaga lisan dan memfilter kata-kata. Memastikan apa yang dikatakan, tidak mengandung unsur olokan bagi kaum yang lain. (Ulil)